Sikuai Island

Sikuai Island
NOT RECOMMENDED

Went there with a friend of mine on 28 december 2008, and decided not to go there ever again. Everything is overpriced, the service is very very very poor, and the view is not that spectacular. And I had a really really bad experience when joining sikuai island’s one day tour.

Maybe the underwater world of the other small islands surrounding sikuai island is beautiful. Maybe.. I don’t know.

But if u’re only planning to do a one day tour to sikuai island (just like I did), I can assure u that erasing sikuai island from your itinerary would do u no harm

ini cuplikan emailnya rita ke manajemen sikuai dan ke milis jalan2..

Cuman mau sharing aja, tgl 28 desember 2008 kemarin saya bersama seorang teman ikutan one day tour ke pulau sikuai. Trip yang kami kira akan menyenangkan berakhir dengan sangat mengecewakan.

Keberangkatan dari dermaga wisata bahari terlambat 35 menit dari yang seharusnya jam 10 pagi. Untuk masuk ke kapal, penumpang dipanggil namanya satu persatu (apakah tidak ada cara lain yang lebih efisien?), saat itu jumlah penumpang sekitar 240. ini juga melebihi kapasitas kapal (tempat duduk yang ada di kapal tidak cukup). Gimana dengan pelampung? Ya tentu saja tidak ada cukup pelampung untuk seluruh penumpang.

Sesampainya di pulau, tidak ada informasi sama sekali mengenai apa yang dapat kami lakukan di sana dan di mana makan siang akan dibagikan.

Makan siang hanya nasi goreng bungkus yang rasanya tdk jelas dan entah air apa yang dibungkus plastik.

Yang menurut saya paling mengecewakan adalah pada saat kepulangan. Jadwal pulang adalah jam 4 sore. Namun hari itu hujan turun deras sehingga tidak memungkinkan untuk kembali ke padang. Saya sangat mengerti bahwa ini adalah risiko melakukan trip ke pulau pada saat musim hujan namun yang sangat saya sayangkan adalah tidak adanya pemberitahuan sama sekali dari pihak sikuai.

Yang lebih parah, sekitar jam 7 malam, entah siapa yg memutuskan untuk memberangkatkan 2 kapal. Kapal pertama (ini kapal yang kami naiki ketika berangkat) hanya boleh diisi oleh sekitar 160 orang (semakin jelas kalau ketika berangkat tadi memang kelebihan kapasitas). Sekitar 25 orang lainnya naik kapal kayu kecil. Sisanya akan menunggu kapal yang besar untuk kembali. Akhirnya berangkatlah kedua kapal itu. Kapal besar duluan, kemudian kapal kecil menyusul. Saya ikut di kapal kecil. Baru jalan sebentar (sekitar 5 menit), terlihat kapal besar berbalik arah kembali menuju sikuai. Kapal kecil tetap melaju terombang-ambing di tengah ombak besar. Kami semua sudah basah kuyup terkena ombak. Dan hanya penumpang di bagian depan yang diberikan life jacket. Setelah melaju agak lama (mungkin seperempat perjalanan), kapal berbalik arah lagi menuju sikuai. Katanya mereka diperintahkan untuk kembali ke sikuai karena keadaan cuaca tidak aman. Yang sangat saya herankan, kalau memang belum aman, kenapa tadi kami diberangkatkan??? Setelah kami kembali ke sikuai dalam kondisi basah kuyup pun, tidak ada yang perduli pada kami, handuk saja tdk dikasih, apalagi permintaan maaf. Mereka tidak sadar bahwa mereka telah mempermainkan nyawa kami! Gila!!

Setelah itu, akhirnya mereka memutuskan untuk menunda keberangkatan kapal sampai keesokan paginya. Lagi-lagi tidak ada pemberitahuan. Apa susahnya menggunakan pengeras suara supaya semua orang mendapatkan informasi yang sama??

Akhirnya ada yang tidur di diskotik yang sedang tidak digunakan, ada yang tidur di tempat makan di lantai 2 yang digelar tikar, dan ada juga yang akhirnya menyewa kamar seharga 500rb per malam!!

Pagi harinya, jam 6 kami berkumpul di dermaga untuk kembali ke padang. Lagi-lagi sebelumnya tidak ada orang yang mengumumkan jam berapa akan berangkat. Apakah jam 5 pagi atau jam 6 atau jam 7..... dan tentu saja, kapal yang kami naiki semakin kelebihan kapasitas karena ada penumpang yang menginap di sikuai yang juga ikut kembali ke padang.

Semoga manajemen sikuai bisa berbenah diri dan bisa memberikan service sesuai dengan nama ”resort” yang disandangnya. Apalagi dengan tagline sikuai island ”the dream become reality”.. well, in my case, that was a nightmare that becomes reality.